Breaking News
recent

Siswi Smk Pengungkpan Kecurangan UNBK Akhirnya Meninggal


Gadis yang bertumbuh remaja itu bernama Amelia Nasution, siswi Kelas 12 SMK Negeri 3 di salah satu kota di sumatera utara. Baru berumur 18 tahun, waktu yang singkat untuk menulis lembaran perjalanan hidup, tragisnya harus di akhiri dengan meminum racun rumput.

Menyedihkan memang, tapi yang menjadikan cerita tentang gadis belia ini lebih menyayat hati adalah kisah di balik kematiannya. Amel, diduga nekat menenggak racun karena merasa terintimidasi perilaku guru karena statusnya di socmed yang mengungkap perilaku curang guru saat ujian beberapa waktu lalu.

"Kami yang diintimidasi tiga orang, katanya diancam penjara dan denda Rp 750 juta ... ada juga guru yang keberatan, memanasi ibu itu biar kami dipenjara biar sekalian mampus," ujar salah satu temannya saat di konfirmasi perihal intimidasi sang guru.

How come?

Sekolah yang digadang-gadang mampu menanamkan sikap dan komitmen manusia pada nilai nilai kebaikan, justru jadi tempat beberapa oknum untuk melegalisir kecurangan demi nilai akhir. Apa yang orang orang ini sedang coba tanamkan pada akhlaq anak-anak pewaris negeri ini?

Maka pantaslah, menjadi seorang "wistle blower" di zaman ini layaknya menara gading setinggi langit. Keberanian mengungkapkan kejahatan dan kecurangan menjadi barang mewah peradaban kita. Mental dan keberanian kita dimatikan sejak dini justru dari tempat dimana seharusnya sikap ini di tanam dan di rawat dengan komitmen yang tinggi.

Bukankah kita kini merasakan zaman dari repetensi pola penanaman sikap yang tak sebagaimana mestinya ini? Bagaimana mental dan keberanian manusia baik dikalahkan dengan menyedihkan oleh kejahatan yang menjelma jadi komunitas besar di msyarakat?

Mereka yang berani menyuarakan keadilan dan kebenaran menjadi ciut nyali karena kebathilan kini bukan lagi oknum, pribadi, satu lawan satu, tapi mewujud dalam pertalian kuat yang terorganisir. Dihujat, dimaki, di cela, di ungkap aibnya, dihinakan dengan meme, di teror keluarganya, dipecat dari pekerjaan, bahkan di penjara.

Lalu bukan lagi kesedihan atas kalahnya kebenaran yang merintih, tapi kini berganti riuh tepuk tangan yang menyuara, karena kalahnya orang yang dibenci atas keberaniannya mengungkap kebathilan. Ini kita alami! ini yang kita lihat sekarang! Apa kalian sedemikian bebal hingga kebas sensitifitas kalian atas rusaknya pola pikri masyarakat kita?

Begini menyedihkan zaman kita...

Apa peradaban ini yang akan kita wariskan pada anak dan cucu kita?

Sumber : Merdeka.com & Beritasatu.com

Tidak ada komentar:

Terima kasih telah memberi masukan dengan sopan.

Diberdayakan oleh Blogger.