Dulu Raja Salman, Kini Zakir Naik yang Dipolitisasi Tim Ahok-Djarot
Kehadiran Dr Zakir Naik ke Indonesia yang berdekatan dengan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua coba dimanfaatkan oleh Tim Ahok-Djarot. Persis seperti yang mereka lakukan kepada Raja Salman pada awal Maret lalu. Kedua tokoh Islam dunia itu dieksploitasi untuk kepentingan menarik suara pemilih muslim.
Sekitar sebulan yang lalu, Raja Salman datang ke Indonesia. Kehadirannya membuat heboh Tanah Air. Ahok pun memanfaatkan ini dengan memblow up peristiwa jabat tangan dirinya dengan Sang Raja saat penyambutan di Bandara Halim Perdanakusuma.
Tim media Ahok-Djarot bekerja massif. Mereka memberitakan kejadian itu dengan mengopinikan bahwa Raja Salman menerima Ahok, berbeda dengan umat Islam yang selama ini mendemonya dan menuntut Ahok dipenjara karena menista agama.
Sebulan kemudian Zakir Naik datang ke Indonesia untuk melakukan safari dakwah. Ia juga coba dimanfaatkan oleh Tim Ahok-Djarot untuk kepentingan pilkada yang sudah di depan mata.
Sofi, dari Jakarta sengaja datang ke Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Jawa Barat, tempat Zakir Naik berceramah. Dia mengajukan pertanyaan apakah calon non-muslim layak dipilih karena ia telah melakukan hal-hal baik. Misalnya tidak hanya terkait dengan infrastruktur kota, tapi juga jujur.
“Dan membangun beberapa rumah ibadah untuk muslim,” katanya.
Zakir menilai pertanyaan itu bagus dan relevan.
“Dia membangun tempat ibadah untuk muslim tapi tidak salat. Itu munafik (hipokrit),” ujar Zakir.
“Seorang muslim seharusnya tidak memilih non-muslim walau dia telah bekerja dengan baik,” katanya lagi.
Sofi bisa jadi tidak mengharapkan jawaban itu terlontar dari Zakir Naik. Hal itu secara jelas saat ia mulai bertanya, diawali dengan kelebihan-kelebihan sang pemimpin non muslim tersebut dengan maksud untuk mengarahkan jawaban Zakir Naik. Tapi apa mau dikata, jawabannya justru kian memperkuat tafsir Al Maidah 51.
Tidak ada komentar:
Terima kasih telah memberi masukan dengan sopan.